Kerakusan dan Ketamakan

5 Comments

Pengkhotbah 5: 9 – 11

Ada pemahaman kalau sudah memiliki kekayaan atau kalau banyak uang atau harta akan membuat hidup senang. Karena pemahaman itu lalu orang berusaha mencari kekayaan dengan cara apa pun. Menindas atau memeras pun dilakukan yang penting mendapatkan harta. Padahal di ay. 9 kita diingatkan, “siapa mencintai uang tidak akan puas dengan uang, dan siapa mencintai kekayaan tidak akan puas dengan penghasilannya.”

Oleh karena kekayaan itu manusia melupakan kuasa dan kasih Allah akibatnya manusia itu menjadi serakah. Kalau manusia menjadi serakah membuat hidupnya gelisah, tidak pernah puas dan tidak akan menadapatkan hidup yang senang. Kalau hidup sudah menjadi serakah maka mencuri, menyuap, menipu atau menjual narkoba pun yang akan dihalalkan yang penting uang. Tuhan Yesus berkata dalam Matius 16:26: Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?

More

Terror Bom

Leave a comment

Turut Berdukacita

Sabat bagi Tuhan

Leave a comment

Imamat 25: 1 – 7

Pemahaman tentang Sabat sering diartikan sebagai hari istirahat. Di mana kita bekerja enam hari lamanya dan pada hari yang ke tujuh kita beristirahat supaya ketika kita memulai hari selanjutnya pada minggu berikutnya kita bekerja lebih optimal lagi. Pemahaman seperti ini adalah adalah untuk kepentingan diri atau demi optimalnya pekerjaan seseorang.

Sabat juga dipahami sebagai hari peristirahatan untuk mengkhususkan diri bagi Tuhan. Sebab manusia sudah bekerja selama enam hari dan hari-hari itu tidak lepas dari peranan Tuhan yang menyertai kita dalam setiap hari-hari itu. Untuk itu kita patut mengkhususkan diri untuk Tuhan sebagai ucapan syukur atas penyertaanNa.

Namun sangat menarik dalam renungan ini, kita diperkenalkan dengan “sabat bagi Tuhan”. Sabat bagi Tuhan dimaksud di sini adalah More

Saling Memperlengkapi!

Leave a comment

1 Korintus 12: 12 – 27

SISS_001Kami adalah keluarga besar yang terdiri sembilan bersaudara. Tujuh laki-laki dan dua perempuan. Saya masih ingat kami sebagai anak mempunyai tugas masing-masing yang sudah di atur. Misalnya tugas saya adalah menyuci piring, tugas abang saya memberi makan ternak, tugas yang lainnya memasak. Pembagian tugas itu menjadikan setiap pekerjaan di rumah bisa selesai dengan baik. Walaupun saya pergi bermain dengan teman-teman saya, namun tugas yang satu itu pasti sudah saya bereskan dulu. Tapi ketika saya tidak mengerjakan pekerjaan saya, apa yang terjadi? Terjadilah pertengkaran bahkan perkelahian, dan akibatnya terjadilah kekacauan.

Dalam kasus yang berbeda: Biasanya karena kami keluarga besar maka orang tua saya selalu membagi nasi kami satu piring untuk satu orang. Saya adalah yang paling bungsu, dan biasanya saya yang lebih dulu pulang sekolah. Akibat lapar yang tidak tertahankan satu piring tentunya tidak cukup, lalu saya mengambil sedikit dari piring yang lain sebab menurut saya tidak ketahuan. Tapi rupanya abang yang di atas saya juga demikian, ia juga mengambil sedikit dari piring yang lain. Sehingga siapa yang pulang terakhir tidak kebagian lagi. Terjadilah peperangan dan saling menuduh. Akibat mengutamakan diri sendiri lalu yang lain menjadi korban.

Saya jadi teringat ketika di asrama dulu. Biasanya setiap meja telah dipersiapkan untuk sepuluh orang. Tetapi karena ada seorang atau dua orang yang makan terlalu banyak sehingga kalau ada teman yang terlambat datang, sudah tidak kebagian lagi. Saya punya kesimpulan: kenapa terjadi kelaparan? Karena ada sedikit orang makan terlalu banyak. Itu sama dengan mengutamakan diri sendiri tanpa perduli dengan orang lain.

More