Imamat 19: 16 – 18
“melainkan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri; Akulah TUHAN.” Imamat 19: 18c
Mengasihi sesama manusia seperti dirimu sendiri adalah perkataan Tuhan Yesus di Matius 22: 39, Markus 12: 31, Lukas 10: 27, Yohanes 13: 34 – 35. Demikian juga Paulus di dalam Roma 13: 9; Galatia 5: 14, dan juga penulis Yakobus dalam Yakobus 2: 8. Istilah sesama manusia adalah kepada siapa saja yang berhubungan dengan manusia, bukan hanya saudara dekat, atau sebangsa, atau yang dekat dengan kita, tetapi kepada semua manusia yang berhubungan dengan kita. Hal inilah yang kita pelajari dari Lukas 10: 29 – 37, tentang siapakah sesama kita manusia? Jawabannya adalah orang yang menunjukkan belas kasihan. Bahkan Tuhan Yesus berkata, bukan hanya mengasihi sesama, tetapi ”Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.” (Matius 5: 44).
Oleh karena itu, kita tidak diperbolehkan membalaskan kejahatan dengan kejahatan, dendam terhadap orang siapapun, sebaliknya kita harus mengasihi sesama manusia, bersedia mengampuni kesalahan orang lain dan melupakan kesalahan yang dilakukan terhadap kita. Mengapa kita mengasihi sesama seperti diri kita sendiri? Sebab kita sadar, kita juga adalah orang berdosa dan dosa kita pun sudah diampuni Allah. Mengasihi sesama seperti diri sendiri sama dengan hukum yang pertama, yakni mengasihi Tuhan, Allah, dengan segenap hati dan dengan segenap jiwa dan dengan segenap akal budi. Dan kepada kedua hukum kasih inilah tergantung seluruh Hukum Taurat dan kitab para nabi. (Matius 22: 36 – 40). Oleh karena itu kita harus mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri (Matius 7: 12).
Bagaimana memulainya? Tentu harus dimulai dari cara pandang kita terhadap orang lain. Cara pandang kita haruslah selalu positip dan jangan selalu berprasangka negatip terhadap orang lain. Suatu ketika orang membawanya seorang yang lumpuh. Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu: “Percayalah, hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni.” Melihat hal itu, berkatalah beberapa orang ahli Taurat dalam hatinya: “Ia menghujat Allah.” Tuhan Yesus tahu apa yang mereka pikirkan, lalu berkata: “Mengapa kamu memikirkan hal-hal yang jahat di dalam hatimu? (Matius 9: 2 – 4). Sikap berpikir negatip melahirkan kesimpulan yang negatip pula dan sangat menyakitkan, sampai-sampai mereka menyimpulkan: ”Tuhan Yesus menghujat Allah”
Cara berpikir positip menciptakan dunia yang samakin baik sebagaimana yang dialami Paulus, walaupun ada yang mencela dia namun ia memandangnya positip: ”Karena kami memikirkan yang baik, bukan hanya di hadapan Tuhan, tetapi juga di hadapan manusia.” ( 2 Korintus 8: 21). Jika demikian cara berpikir kita, rumah tangga pun akan semakin baik, persaudaraan pun akan semakin baik, tetangga yang hangat dan harmonis, pekerjaan semakin lebih baik, dunia pun akan semakin ramah, dan hidup ini pun akan semakin indah.
Contoh yang baik yang patut kita tiru adalah pengalaman Yusuf. Walaupun saudara-saudaranya berniat jahat di dalam hatinya tetapi ia tidak dendam. Inilah yang dia katakan, ”Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar.” (Kejadian 50: 20). Yusuf sadar, kejahatan yang dilakukan saudara-saudaranya justru mendatangkan kebaikan untuk dia. Jadi untuk apa dendam? Ketika orang merancangkan yang jahat terhadap kita, kita tidak punya hak untuk menghakimi orang lain, sebab itu adalah hak Allah, itulah makanya Yusuf berkata, “Janganlah takut, sebab aku inikah pengganti Allah? (Kejadian 50: 19). Artinya, apa yang dilakukan Yusuf terhadap saudaranya supaya tidak takut. Tetapi dengan kesaran untuk mengampuni mereka karena walaupun saudaranya dendam kepadanya tetapi Allah telah memelihara dan menuntunnya.
Akhirnya, mengasihi sesama itu tidak ada ruginya, malah akan mendatangkan kebaikan. Mengasihi tidak dibatasi kepada saudara saja, bahkan musuh pun harus kita kasihi dan kita doakan. Sebagaimana Tuhan Yesus berdoa: “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” (Lukas 23: 34).
Doa: Ya Kristus Tuhan kami, ajari dan bombing kami supaya kami lebih dan lebih lagi mengasihi sesama manusia, dan bahkan orang-orang yang membenci kami. Amin.
martogu silalahi
Aug 28, 2010 @ 10:11:52
holan teori sambing, pandita pe ndang mangulahon on
hope
Aug 28, 2010 @ 23:58:46
@ martogu silalahi
ho huroha, nunga diulahon ho? manang na holan teori do tong ho…
molo tong do so diulahon ho, aha ma pola halak pahatahataonmu?
maling teriak maling do ho molo pandita didok ho ndang mangulahon, hape ho pe so mangulahon. jeami loak!
Lex dePraxis
Sep 16, 2010 @ 10:08:04
Hmmm, tulisan yang menarik. Terima kasih ya telah berbagi.
Kebetulan kemarin saya juga barusan menulis topik serupa tentang membalas dendam. Cek saja entri saya yang berjudul Balas Dendam Itu Manis? Saya yakin bisa jadi referensi silang yang menambah pengetahuan kita bersama.
Salam kenal, dan sampai jumpa lagi nanti.
Lex dePraxis
Unlocked